Rabu, 20 Januari 2016

INI PULAU LOMBOK BUKAN PULAU CABE
by : Herlina Novita Hasyim

Sinar mentari pagi bangunkanku dari mimpi
Butir embun putih bagai mutiara
Di daun yang hijau
Buih ombak putih menghiasi lautmu
Yang birunya bagai hati seiring sunset
Rembulan di pantai
Senyum ramah penghunimu
Oh sungguh pulau yang indah
Membuatku tenang dan damai
Lombok i love you
Manjakan aku dengan alammu..wo ow..
Lombok i love you
Menyatu aku dengan pasir putihmu
Lombok i love you
Semai rinduku untuk kembali lagi

Lombok I Love You, begitulah judul dan lirik lagu dari salah satu band reggae Pulau Lombok. Iya, inilah Pulau Lombok yang ingin saya ceritakan pada kalian bukan pulau cabe. Karena dalam bahasa sehari-hari Lombok bisa berarti cabe, tapi sebenarnya Lombok sendiri berasal dari kata Lombo’ yang artinya lurus, katanya sih jalan-jalan di Lombok memang rata-rata lurus dan tidak berkelok-kelok. Tapi bagi saya sendiri nama merupakan doa, semoga orang-orang Lombok adalah orang-orang yang lurus dalam beragama dan berakhlak. Amiin.
Tahukan kalian?, Lombok memenangkan 2 penghargaan World Halal Travel Summit 2015 di Abu Dhabi, UEA (Uni Emirat Arab). Lombok berhasil memenangkan 2 kategori yaitu World Best Halal Tourism Destination dan World Best Halal Honeymoon Destination.
Lalu apa alasan pulau Lombok jadi yang terbaik? Pertama karena warga Timur Tengah dan wisatawan dari negara 4 musim senang dengan destinasi tropis. Selanjutnya, karena Lombok dijuluki sebagai Pulau Seribu Masjid. Di mana tentu ini bisa jadi objek wisata bagi peminat Islam, dan memudahkan traveler Muslim untuk beribadah. Konsep wisata halal bukan hanya untuk wisatawan Muslim tapi seluruh wisatawan. Wisata halal merujuk pada gaya hidup yang mengedepankan unsur-unsur halal untuk Muslim, dimana wisatawan non Muslim juga bisa datang dan menikmati pelayanan wisata halal di Pulau Lombok.
Ada pepatah yang mengatakan “Jika kamu ke Lombok, kamu dapat melihat Bali, tapi jika kamu ke Bali kamu tidak dapat melihat Lombok”. Tentu kalian dapat mengerti arti yang tersirat dalam pepatah tersebut. Iya, Bali punya Kuta Bali dan Lombok juga punya Kuta Lombok yang sama-sama berpasir putih, di Lombok kamu dapat menemukan banyak pura seperti di Bali, tapi di Bali kamu tidak akan menemukan banyak Masjid.
Keindahan alam Pulau Lombok sangatlah indah dan tidak berlebihan bila dikatakan mengalahkan keindahan Pulau Oahu di Hawaii.  Pantai Lombok masuk dalam 10 daftar pantai tercantik di dunia versi Lonely Planet. Dalam daftar tersebut, keindahan Pantai di Lombok disejajarkan dengan keindahan pantai-pantai di Luar Negeri seperti Hawaii (di Hawai ada pantai Maui sedang di Lombok ada pantai Mawi), Pantai Eleuthera di Bahama juga Pantai cantik di kepulauan Karibia. Berita tersebut rasanya tidak membuat saya terlalu heran, karena Lombok memang menyimpan sejuta pesona tanpa tanding. Pulau kecil dengan pantai-pantai dan gili-gili ini rasanya tidak henti-henti membuat para wisatawan takjub. Menjelajahi pesona Lombok, semakin banyak yang kamu kunjungi maka semakin banyak pula pantai dan gili yang menanti untuk dikunjungi.
Berbicara tentang keindahan Pulau Lombok memang tak kan ada habisnya. Salah satu dari sekian banyak objek wisata pantai paling fenomenal di Lombok adalah Pantai Seger Kuta, sebuah pantai berpasir putih yang berada di Pulau Lombok bagian selatan tepatnya di Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah. Pantai Seger berlokasi tepat di sisi kiri Hotel Novotel Kuta, sekitar 65 kilometer jika ditempuh dari Kota Mataram.
Selain keindahan panorama pantai dan alamnya, Pantai Seger di Kuta Lombok juga memiliki banyak daya tarik yang tidak kalah eksotis bagi wisatawan. Sekali setahun diantara bulan Februari dan Maret, di Pantai yang berpasir putih merica ini diadakan sebuah pesta rakyat dan upacara budaya yang begitu populer yaitu "BAU NYALE". Untuk tahun 2016 ini puncak perayaan jatuh pada tanggal 28 februari 2016, berdasarkan Sangkep Warige (rapat penentuan puncak bau nyale). 
Kata "bau" dan "nyale" berasal dari bahasa suku Sasak Lombok dimana "bau" yang berarti menangkap, dan "nyale" yang diartikan sebuah binatang laut sejenis cacing kecil yang hidup di karang dan lubang lubang batu dibawah permukaan laut. Bau Nyale adalah sebuah tradisi yang melegenda dan memiliki nilai sakral yang sangat tinggi bagi suku asli Sasak.  “Bau Nyale berkaitan erat dengan sebuah cerita rakyat yang berkembang di bagian Lombok Selatan, yakni di masyarakat Desa Pujut khususnya, dan masyarakat Lombok umumnya. Cerita Rakyat tersebut menceritakan tentang seorang putri di zaman dahulu kala yang begitu terkenal, Putri Mandalika namanya. Putri Mandalika adalah putri dari pasangan Raja Tonjang Beru dan Dewi Seranting. Raja ini terkenal karena kebijaksanaannya sehingga rakyatnya sangat mencintainya dan mereka hidup makmur bersama rakyatnya.
Saat dewasa Putri Mandalika tumbuh menjadi seorang gadis yang sangat cantik dan mempesona. Kecantikannya tersebar hingga ke seluruh Lombok sehingga pangeran-pangeran dari berbagai Kerajaan berniat untuk mempersuntingnya. Mengetahui hal tersebut membuat sang Putri menjadi gusar, karena jika dia memilih satu di antara para pangeran tersebut  maka akan terjadi perpecahan dan pertempuran di Gumi Sasak Lombok. Bahkan ada beberapa kerajaan yang memasang senggeger (pelet) agar Sang Putri jatuh hati padanya. Namun hal ini malah membuat sang Putri makin gusar.
Setelah berpikir panjang, akhirnya sang Putri memutuskan untuk mengundang seluruh pangeran beserta rakyat mereka untuk bertemu di Pantai Seger, Kuta Lombok pada tanggal 20 bulan ke 10 menurut perhitungan bulan Sasak tepatnya sebelum Subuh. Undangan tersebut disambut oleh seluruh pangeran beserta rakyatnya sehingga tepat pada tanggal tersebut mereka berduyun-duyun menuju lokasi undangan. Setelah beberapa saat akhirnya Sang Putri Mandalika muncul dengan diusung oleh prajurit-prajurit yang menjaganya. Kemudian dia berhenti dan berdiri di sebuah batu dipinggir pantai. Setelah mengatakan niatnya untuk menerima seluruh pangeran dan rakyat akhirnya Sang Putri pun meloncat ke dalam laut. Seluruh rakyat yang mencari puteri tidak menemukannya. Setelah beberapa saat akhirnya datanglah sekumpulan Cacing berwarna-warni yang menurut masyarakat dipercaya sebagai jelmaan Putri Mandalika
Berdasarkan legenda itulah, akhirnya kini setiap tahunnya masyarakat Pulau  Lombok menggelar pesta bau nyale. Jumlah cacing yang diperoleh dianggap tanda baik dan buruk nasib dan rejeki seseorang. Hasil tangkapan nyale ini dapat dinikmati masyarakat. 
Nyale adalah cacing berwarna-warni yang konon merupakan jelmaan Putri Mandalika. Cacing-cacing yang bersembunyi di sela-sela karang ini, keluar mulai tengah malam menjelang pagi. Sehingga, sebagian pengunjung yang punya niat kuat mencari Nyale sudah datang sejak malam hari sebelumnya, bahkan ada yang membuat tenda sebagai tempat menginap. Banyak Turis Mancanegara juga bela-belain diri datang ke pantai Seger. Anehnya, ketika matahari mulai terbit, Nyale pun lenyap tak bersisa, seperti tak pernah ada. Inilah yang menambah keyakinan rakyat bahwa nyale (cacing laut itu) adalah Putri Mandalika. Para pengunjung naik ke bibir pantai dan meninggalkan lokasi untuk kembali pulang ke rumah.
Perayaan Bau Nyale ini diawali dengan pelaksanaan zikir zaman yang ditujukan untuk memohon doa keselamatan untuk seluruh masyarakat. Sebelum masyarakat turun ke pantai mencari nyale, para pemangku adat melakukan sebuah ritual khusus yaitu ritual "nende ayu ayuning jagad" dan berbalas pantun dalam bahasa Sasak. Ritual ini dilakukan untuk menyambut kedatangan Putri Mandalika. Perayaan lalu dilanjutkan dengan acara malam puncak core Even Bau Nyale yaitu pementasan Drama Kolosal Legenda Putri Bau Nyale yang telah dinobatkan oleh pemerintah sebagai Ritual terunik Se-ASEAN.
Menurut keyakinan masyarakat Lombok, cacing laut yang sering juga disebut cacing palolo (Eunice Fucata) ini bisa membawa kesejahteraan dan keselamatan, terutama untuk kesuburan tanah pertanian agar menghasilkan panen yang memuaskan. Nyale yang telah mereka tangkap di pantai, biasanya akan mereka taburkan ke sawah-sawah untuk kesuburan padi dan tanaman lainnya. Ibu-ibu yang sedang hamil juga dianjurkan mengkonsumsi nyale, dengan harapan anak yang dilahirkan kelak menjadi cantik paras maupun sifatnya seperti Putri Mandalika.
Masyarakat Lombok umumnya mengolah Nyale menjadi pepes yang dibungkus dengan daun pisang lalu dibakar atau digoreng. Ada juga yang mengolah Nyale menjadi emping atau dikeringkan untuk digunakan sebagai penyedap masakan. Dan yang tak ketinggalan adalah olahan Nyale yang dibuat menjadi “Cengeh”. Tidak banyak yang tau tentang kuliner ini, karena memang bisa dibuat sebagai lauk sehari-hari tanpa dicampur Nyale. Tapi akan lebih nikmat jika ada nyale dalam kuah Cengeh tersebut, dan itu pun hanya bisa dinikmati satu tahun sekali saat musim nyale tiba. Cengeh adalah kuliner khas daerah Pulau Lombok bagian selatan khususnya Kecamatan Pujut, Lombok Tengah. Cengeh merupakan menu andalan daerah Pujut dan menu yang selalu dinantikan saat musim nyale tiba.
Cengeh merupakan masakan berkuah, berbumbu dan bersantan, yang isinya terdiri dari sayur mayur, biji-bijian, gurita dan nyale. Hmmm..mirip sayur lodeh, tapi kuah Cengeh lebih kental dan aromanya lebih kuat. Nyale tersebut biasanya akan kita temukan menggumpal atau terpisah-pisah di dalam kuah Cengeh. Cengeh dengan isi nyale merupakan masakan istimewa dan favorit masyarakat Pujut, karena hanya bisa dinikmati satu kali dalam setahun yakni saat musim nyale tiba. Selain diolah menjadi Cengeh, Nyale juga dapat dinikmati dengan sambal kesukaan saya “sambal terong aceh” (sambal tomat segar) yang masih terjaga sampai saat ini, yaitu dengan bahan utama cabe rawit matang dan tomat segar. Pelengkap dari sambal ini, tentu saja rebusan kangkung Lombok yang sudah terkenal se-Indonesia dan rumput laut segar jenis Glacilaria. Hmmm…Nyummy… Siap-siap dengan pedasnya, tapi inilah yang membuat saya selalu kangen dengan tempat kelahiran saya, Pulau Lombok. Pedasnya masakan-masakan Pulau Lombok bukan karena Pulau Cabe.
Secara ilmiah, cacing Nyale yang pernah diteliti memang mengandung protein hewani yang begitu tinggi, selain itu Dr. dr. Soewignyo Soemohardjo dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa cacing Nyale bisa mengeluarkan zat yang terbukti mampu membunuh kuman-kuman. Sedangkan secara sosial dan budaya, berdasarkan sebuah survey di kalangan para petani di wilayah Lombok tengah, bahwasanya 70.6%  responden yang membuang daun bekas pembukus Nyale Pepes ke area persawahan bisa membuat kesuburan tanah meningkat dan hasil pertanian masyarakat juga menjadi meningkat. 
Nyale memiliki kandungan protein yang jauh lebih tinggi dari telur ayam ras dan susu sapi. Sebagai perbandingan, Nyale memiliki kandungan protein sebanyak 43.84% sedangkan telur ayam ras dan susu sapi masing-masing hanya sebesar 12.2% dan 3.50%. Kadar fosfor dalam Nyale (1.17%) juga cukup tinggi bila dibandingkan dengan telur ayam ras (0.02%) dan susu sapi (0.10%). Nyale bahkan memiliki kandungan kalsium (1.06%) yang ternyata masih lebih tinggi dari kandungan kalsium susu sapi yang hanya 0.12%.





5 komentar:

  1. jd pengen ke lombok ��
    mbak gmbar nya dong ��

    BalasHapus
  2. kalo gbr n foto lombok udh bnyk di mbah google...tinggal ketik Pulau Lombok...wuuuzzzz....ratusan foto indah langsung nongol ituuuhh... Foto nyale jg udh banyak... yg belum foto kuliner Cengehnya... Nti klo plng kampung sy foto deh...mga bs plng pas acara bau nyale nya... wkwkwk

    BalasHapus
  3. Weiss... Asik dah punya blog sendiri. Nitip artikel boleh ndak bu....? :)

    BalasHapus
  4. Weiss... Asik dah punya blog sendiri. Nitip artikel boleh ndak bu....? :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihihi.... Waduh.... Ada Kak Asep...
      Masih belajar kak...
      Bolehlah lah kak...silaq....

      Hapus