INI
PULAU LOMBOK BUKAN PULAU CABE
by : Herlina Novita Hasyim
Sinar mentari pagi bangunkanku dari mimpi
Butir embun putih bagai mutiara
Di daun yang hijau
Butir embun putih bagai mutiara
Di daun yang hijau
Buih
ombak putih menghiasi lautmu
Yang birunya bagai hati seiring sunset
Rembulan di pantai
Yang birunya bagai hati seiring sunset
Rembulan di pantai
Senyum ramah penghunimu
Oh sungguh pulau yang indah
Membuatku tenang dan damai
Oh sungguh pulau yang indah
Membuatku tenang dan damai
Lombok
i love you
Manjakan aku dengan alammu..wo ow..
Lombok i love you
Menyatu aku dengan pasir putihmu
Lombok i love you
Semai rinduku untuk kembali lagi
Manjakan aku dengan alammu..wo ow..
Lombok i love you
Menyatu aku dengan pasir putihmu
Lombok i love you
Semai rinduku untuk kembali lagi
Lombok I Love You,
begitulah judul dan lirik lagu dari salah satu band reggae Pulau Lombok. Iya,
inilah Pulau Lombok yang ingin saya ceritakan pada kalian bukan pulau cabe.
Karena dalam bahasa sehari-hari Lombok bisa berarti cabe, tapi sebenarnya
Lombok sendiri berasal dari kata Lombo’
yang artinya lurus, katanya sih jalan-jalan di Lombok memang rata-rata lurus
dan tidak berkelok-kelok. Tapi bagi saya sendiri nama merupakan doa, semoga
orang-orang Lombok adalah orang-orang yang lurus dalam beragama dan berakhlak.
Amiin.
Tahukan kalian?, Lombok memenangkan 2 penghargaan
World Halal Travel Summit 2015 di Abu Dhabi, UEA (Uni Emirat Arab). Lombok
berhasil memenangkan 2 kategori yaitu World Best Halal Tourism Destination dan
World Best Halal Honeymoon Destination.
Lalu apa alasan pulau Lombok jadi yang terbaik?
Pertama karena warga Timur Tengah dan wisatawan dari negara 4 musim senang
dengan destinasi tropis. Selanjutnya, karena Lombok dijuluki sebagai Pulau Seribu Masjid. Di mana tentu ini
bisa jadi objek wisata bagi peminat Islam, dan memudahkan traveler Muslim untuk
beribadah. Konsep wisata halal bukan hanya untuk wisatawan Muslim tapi
seluruh wisatawan. Wisata halal merujuk pada gaya hidup yang mengedepankan
unsur-unsur halal untuk Muslim, dimana wisatawan non Muslim juga bisa datang dan menikmati
pelayanan wisata halal di Pulau Lombok.
Ada pepatah yang mengatakan “Jika kamu ke Lombok, kamu dapat melihat Bali, tapi jika kamu ke Bali
kamu tidak dapat melihat Lombok”. Tentu kalian dapat mengerti arti yang
tersirat dalam pepatah tersebut. Iya, Bali punya Kuta Bali dan Lombok juga
punya Kuta Lombok yang sama-sama berpasir putih, di Lombok kamu dapat menemukan
banyak pura seperti di Bali, tapi di Bali kamu tidak akan menemukan banyak
Masjid.
Keindahan alam Pulau Lombok sangatlah indah dan tidak
berlebihan bila dikatakan mengalahkan keindahan Pulau Oahu di Hawaii. Pantai Lombok
masuk dalam 10 daftar pantai tercantik di dunia versi Lonely
Planet. Dalam daftar tersebut, keindahan Pantai di Lombok disejajarkan dengan
keindahan pantai-pantai di Luar Negeri seperti Hawaii (di Hawai ada pantai Maui
sedang di Lombok ada pantai Mawi), Pantai Eleuthera di Bahama juga Pantai
cantik di kepulauan Karibia. Berita tersebut rasanya tidak membuat saya terlalu
heran, karena Lombok memang menyimpan sejuta pesona tanpa tanding. Pulau kecil
dengan pantai-pantai dan gili-gili ini
rasanya tidak henti-henti membuat para wisatawan takjub. Menjelajahi pesona
Lombok, semakin banyak yang kamu kunjungi maka semakin banyak pula pantai dan
gili yang menanti untuk dikunjungi.
Berbicara tentang keindahan Pulau Lombok memang tak
kan ada habisnya. Salah satu dari sekian banyak objek wisata pantai paling
fenomenal di Lombok adalah Pantai Seger Kuta, sebuah pantai berpasir putih yang
berada di Pulau Lombok bagian selatan tepatnya di Kecamatan Pujut Kabupaten
Lombok Tengah. Pantai Seger berlokasi tepat di sisi kiri Hotel Novotel
Kuta, sekitar 65 kilometer jika ditempuh dari Kota Mataram.
Selain keindahan panorama pantai dan alamnya, Pantai
Seger di Kuta Lombok juga memiliki banyak daya tarik yang tidak kalah eksotis
bagi wisatawan. Sekali setahun diantara bulan Februari dan Maret, di Pantai
yang berpasir putih merica ini diadakan sebuah pesta rakyat dan upacara budaya
yang begitu populer yaitu "BAU
NYALE". Untuk tahun 2016 ini puncak perayaan jatuh pada tanggal 28
februari 2016, berdasarkan Sangkep Warige
(rapat penentuan puncak bau nyale).
Kata "bau" dan "nyale"
berasal dari bahasa suku Sasak Lombok dimana "bau" yang
berarti menangkap, dan "nyale" yang diartikan sebuah
binatang laut sejenis cacing kecil yang hidup di karang dan lubang lubang batu
dibawah permukaan laut. “Bau Nyale” adalah sebuah tradisi yang melegenda dan memiliki nilai sakral
yang sangat tinggi bagi suku asli Sasak. “Bau Nyale” berkaitan erat dengan sebuah cerita rakyat yang berkembang
di bagian Lombok Selatan, yakni di masyarakat Desa Pujut khususnya, dan
masyarakat Lombok umumnya. Cerita Rakyat tersebut menceritakan tentang seorang
putri di zaman dahulu kala yang begitu terkenal, Putri Mandalika namanya. Putri
Mandalika adalah putri dari pasangan Raja Tonjang Beru dan Dewi Seranting. Raja
ini terkenal karena kebijaksanaannya sehingga rakyatnya sangat mencintainya dan
mereka hidup makmur bersama rakyatnya.
Saat dewasa Putri Mandalika tumbuh menjadi
seorang gadis yang sangat cantik dan mempesona. Kecantikannya tersebar hingga
ke seluruh Lombok sehingga pangeran-pangeran dari berbagai Kerajaan berniat
untuk mempersuntingnya. Mengetahui hal tersebut membuat sang Putri menjadi
gusar, karena jika dia memilih satu di antara para pangeran tersebut maka akan terjadi perpecahan dan pertempuran
di Gumi Sasak Lombok. Bahkan ada beberapa kerajaan yang memasang senggeger (pelet) agar Sang Putri jatuh
hati padanya. Namun hal ini malah membuat sang Putri makin gusar.
Setelah berpikir panjang, akhirnya sang
Putri memutuskan untuk mengundang seluruh pangeran beserta rakyat mereka untuk
bertemu di Pantai Seger, Kuta Lombok pada tanggal 20 bulan ke 10 menurut
perhitungan bulan Sasak tepatnya sebelum Subuh. Undangan tersebut disambut oleh
seluruh pangeran beserta rakyatnya sehingga tepat pada tanggal tersebut mereka
berduyun-duyun menuju lokasi undangan. Setelah beberapa saat akhirnya Sang
Putri Mandalika muncul dengan diusung oleh prajurit-prajurit yang menjaganya.
Kemudian dia berhenti dan berdiri di sebuah batu dipinggir pantai. Setelah
mengatakan niatnya untuk menerima seluruh pangeran dan rakyat akhirnya Sang
Putri pun meloncat ke dalam laut. Seluruh rakyat yang mencari puteri tidak
menemukannya. Setelah beberapa saat akhirnya datanglah sekumpulan Cacing
berwarna-warni yang menurut masyarakat dipercaya sebagai jelmaan Putri
Mandalika
Berdasarkan legenda itulah, akhirnya kini setiap
tahunnya masyarakat Pulau Lombok
menggelar pesta bau nyale. Jumlah
cacing yang diperoleh dianggap tanda baik dan buruk nasib dan rejeki seseorang.
Hasil tangkapan nyale ini dapat dinikmati masyarakat.
Nyale adalah cacing berwarna-warni yang konon merupakan jelmaan Putri
Mandalika. Cacing-cacing yang bersembunyi di sela-sela karang ini, keluar mulai
tengah malam menjelang pagi. Sehingga, sebagian pengunjung yang punya niat kuat
mencari Nyale sudah datang sejak
malam hari sebelumnya, bahkan ada yang membuat tenda sebagai tempat menginap. Banyak
Turis Mancanegara juga bela-belain diri datang ke pantai Seger. Anehnya, ketika
matahari mulai terbit, Nyale pun
lenyap tak bersisa, seperti tak pernah ada. Inilah yang menambah keyakinan
rakyat bahwa nyale (cacing laut itu)
adalah Putri Mandalika. Para pengunjung naik ke bibir pantai dan meninggalkan
lokasi untuk kembali pulang ke rumah.
Perayaan Bau
Nyale ini diawali dengan pelaksanaan zikir zaman yang ditujukan untuk
memohon doa keselamatan untuk seluruh masyarakat. Sebelum masyarakat turun ke
pantai mencari nyale, para pemangku adat melakukan sebuah ritual khusus yaitu
ritual "nende ayu ayuning jagad"
dan berbalas pantun dalam bahasa Sasak. Ritual ini dilakukan untuk menyambut
kedatangan Putri Mandalika. Perayaan lalu dilanjutkan dengan acara malam puncak
core Even Bau Nyale yaitu pementasan Drama
Kolosal Legenda Putri Bau Nyale yang telah dinobatkan oleh pemerintah
sebagai Ritual terunik Se-ASEAN.
Menurut keyakinan masyarakat Lombok, cacing laut yang
sering juga disebut cacing palolo (Eunice Fucata) ini bisa membawa
kesejahteraan dan keselamatan, terutama untuk kesuburan tanah pertanian agar
menghasilkan panen yang memuaskan. Nyale
yang telah mereka tangkap di pantai, biasanya akan mereka taburkan ke sawah-sawah
untuk kesuburan padi dan tanaman lainnya. Ibu-ibu yang sedang hamil juga
dianjurkan mengkonsumsi nyale, dengan
harapan anak yang dilahirkan kelak menjadi cantik paras maupun sifatnya seperti
Putri Mandalika.
Masyarakat Lombok umumnya mengolah
Nyale menjadi pepes yang dibungkus dengan daun pisang lalu dibakar atau
digoreng. Ada juga yang mengolah Nyale menjadi emping atau dikeringkan untuk
digunakan sebagai penyedap masakan. Dan yang tak ketinggalan adalah olahan Nyale yang dibuat menjadi “Cengeh”. Tidak banyak yang tau tentang
kuliner ini, karena memang bisa dibuat sebagai lauk sehari-hari tanpa dicampur Nyale. Tapi akan lebih nikmat jika ada nyale dalam kuah Cengeh tersebut, dan itu pun hanya bisa dinikmati satu tahun sekali
saat musim nyale tiba. Cengeh adalah kuliner khas daerah Pulau
Lombok bagian selatan khususnya Kecamatan Pujut, Lombok Tengah. Cengeh merupakan menu andalan daerah Pujut
dan menu yang selalu dinantikan saat musim nyale
tiba.
Cengeh merupakan masakan berkuah, berbumbu
dan bersantan, yang isinya terdiri dari sayur mayur, biji-bijian, gurita dan nyale. Hmmm..mirip sayur lodeh, tapi
kuah Cengeh lebih kental dan aromanya
lebih kuat. Nyale tersebut biasanya
akan kita temukan menggumpal atau terpisah-pisah di dalam kuah Cengeh. Cengeh dengan isi nyale merupakan masakan istimewa dan
favorit masyarakat Pujut, karena hanya bisa dinikmati satu kali dalam setahun
yakni saat musim nyale tiba. Selain
diolah menjadi Cengeh, Nyale juga
dapat dinikmati dengan sambal kesukaan saya “sambal terong aceh” (sambal tomat segar) yang masih terjaga sampai
saat ini, yaitu dengan bahan utama cabe rawit matang dan tomat segar. Pelengkap
dari sambal ini, tentu saja rebusan kangkung Lombok yang sudah terkenal
se-Indonesia dan rumput laut segar jenis Glacilaria.
Hmmm…Nyummy… Siap-siap dengan pedasnya, tapi inilah yang membuat saya selalu
kangen dengan tempat kelahiran saya, Pulau Lombok. Pedasnya masakan-masakan
Pulau Lombok bukan karena Pulau Cabe.
Secara ilmiah, cacing Nyale
yang pernah diteliti memang mengandung protein hewani yang begitu tinggi,
selain itu Dr. dr. Soewignyo Soemohardjo dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa
cacing Nyale bisa mengeluarkan zat
yang terbukti mampu membunuh kuman-kuman. Sedangkan secara sosial dan budaya,
berdasarkan sebuah survey di kalangan para petani di wilayah Lombok tengah,
bahwasanya 70.6% responden yang membuang
daun bekas pembukus Nyale Pepes ke
area persawahan bisa membuat kesuburan tanah meningkat dan hasil pertanian
masyarakat juga menjadi meningkat.
Nyale memiliki kandungan protein yang
jauh lebih tinggi dari telur ayam ras dan susu sapi. Sebagai perbandingan, Nyale memiliki kandungan protein
sebanyak 43.84% sedangkan telur ayam ras dan susu sapi masing-masing hanya
sebesar 12.2% dan 3.50%. Kadar fosfor dalam Nyale
(1.17%) juga cukup tinggi bila dibandingkan dengan telur ayam ras (0.02%) dan
susu sapi (0.10%). Nyale bahkan
memiliki kandungan kalsium (1.06%) yang ternyata masih lebih tinggi dari
kandungan kalsium susu sapi yang hanya 0.12%.
jd pengen ke lombok ��
BalasHapusmbak gmbar nya dong ��
kalo gbr n foto lombok udh bnyk di mbah google...tinggal ketik Pulau Lombok...wuuuzzzz....ratusan foto indah langsung nongol ituuuhh... Foto nyale jg udh banyak... yg belum foto kuliner Cengehnya... Nti klo plng kampung sy foto deh...mga bs plng pas acara bau nyale nya... wkwkwk
BalasHapusWeiss... Asik dah punya blog sendiri. Nitip artikel boleh ndak bu....? :)
BalasHapusWeiss... Asik dah punya blog sendiri. Nitip artikel boleh ndak bu....? :)
BalasHapushihihi.... Waduh.... Ada Kak Asep...
HapusMasih belajar kak...
Bolehlah lah kak...silaq....